Pekan Liqo

Pekan Liqo

Pekan liqo minggu ini berbeda lagi sama seperti pekan kemarin. Kalau kemarin kita bertemu dengan pakar dalam bidang wirausaha, sekarang kita diminta untuk bantu dalam "Kemah Semangat" yang dimiliki oleh murrobi saya. Readmore...

ALT_IMG

London Big Ben

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat Readmore..

Alt img

Bianglala

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat Readmore...

ALT_IMG

London Bridge

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat Readmore...

ALT_IMG

London In Night

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat Readmore...

Thursday, February 13, 2014

Para Pengantar Jasad (Kisah Forensik)

1 comments
Raga yang telah membujur kaku tergeletak diatas ranjang. Tangan dan kaki dirapatkan untuk saling dipertemukan lalu diikat dengan sehelai kain. Jantung sudah tidak lagi berdetak dan tak satu pun hembusan nafas yang timbul. Tatapan mata yang kosong dan mulut diam tanpa suara. Dan berakhir ditutupi oleh sehelai kanan yang menutupi seluruh tubuh dari ujung kaki hingga rambut. Jasad tubuh manusia yang sudah ditinggalkan oleh jiwanya pergi kembali kepada sang Pencipta. Tangisan dan teriakan meramaikan ruangan tempat perawatan.

Sebuah benda yang menyerupai gerobak datang menghampiri. Benda ini berbunyi gemerincing setiap berjalan menelusuri lorong-lorong karena roda yang berputar bergesekan lantai. Diselubungi oleh kain berwarna hijau sebagai penutup. Bentuk kotak dan terbuat dari alumunium yang kuat. Benda ini yang sering digunakan mereka untuk mengangkut tubuh yang sudah bernyawa. Sering kita menyebut benda ini dengan keranda. Merekalah yang bekerja setiap hari mengantarkan pasien yang sudah tidak bernyawa. Banyak dari kita yang mungkin tidak mengenal profesi ini. Mereka bukan lulusan dokter maupun perawat, namun merekalah pekerja tulus yang mengingatkan kita tentang sebuah kematian.

Gambar 1. Keranda

Kematian begitu dekat bagi mereka setiap harinya. Sudah menjadi tugas mereka menjemput pasien yang sudah tidak bernyawa menuju ke kamar mayat. Suatu ketika saya sedang jaga malam berada di bangsal, tidak pernah luput namanya kematian datang untuk menjemput nyawa. Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam, namun saya masih melewati lorong-lorong ruangan rumah sakit untuk menuju salah satu ruangan. Ketika dalam perjalanan saya berpapasan dengan mereka yang sedang membawa keranda. Keranda itu tidak kosong namun ada sosok manusia di dalamnya, hal ini menunjukkan bahwa ada pasien yang meninggal. Makna meninggal menurut saya hal yang menyeramkan sehingga sering kali saya menyebut mereka sebagai "malaikat penyabut nyawa" karena selalu membawa orang meninggal. 

Awal tahun 2014 saya berada di bagian forensik. Ruang belajar dan tempat kami berkumpul berada di kamar jenazah yang terletak berada paling dalam di rumah sakit. Saya menjadi sering bertemu dengan mereka dan keranda-keranda. Saya diajarkan bahwa kematian yang tidak tahu tentang kedatangannya, ternyata begitu dekat dengan kita. Mereka sosok yang sangat ramah dan menjadi salah satu sosok yang berperan memberikan ilmu kepada kami. Itulah mereka "Penjaga Kamar Jenazah".  Kerjaan mereka tidak hanya menjemput jenezah namun banyak hal yang mereka lakukan. Salah satunya adalah memandikan jenazah hingga mengafaninya. Tidak hanya jenazah yang utuh lengkap anggota tubuhnya. Sering kali mereka juga memandikan jenazah yang sudah mengalami banyak luka bahkan tidak lengkap anggota tubuhnya. 

Gaji mereka tidak besar seperti gaji pegawai lainnya namun mereka adalah orang mulia sebagai perpanjangan tangan sang Pencipta untuk mengantarkan jasad yang tak bernyawa. Mereka yang menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal bukan sosok yang menyeramkan. Hal ini dibuktikan ketika saya dan teman-teman membantu mereka memandikan salah satu jenazah pada tengah malam hari. Jasad mereka sudah tak mampu bergerak karena jiwa mereka sudah tidak berada dijasadnya. Tidak ada yang perlu kita takutkan akan terhadap orang mati. Hal ini membuktikan bahwa kematian itu dekat dan tidak tahu kapan akan datang menghampiri. 


"Lakukan terbaik dalam HIDUPmu, karena sesungguhnya KEMATIAN begitu dekat."
Continue reading →
Sunday, February 2, 2014

Di Bawah Langit Kota Ngapak

0 comments

Jajaran bintang tertutup awan hitam. Hujan rintik-rintik mengisi keramaian malam. Tak ada kicauan suara jangkrik sebagai penghias malam. Hembusan angin menenami heningnya malam. Duduk terpaku menatapnya anugerah Sang pencipta di malam hari. Tak pandai sekali hati ini untuk bersyukur. 

Cinta datang dan pergi dibawa aliran air hujan. Jauh entah kemana akan bermuara. Di Kota kecil ini, semuanya menyentuh hati bagai goresan pena menari-nari memberikan kesan. Bertahun-tahun hijrah untuk menuntut ilmu. Disinilah ku mulai untuk berani menantap dunia. Tak ingin indahnya kota ini termakan zaman. Namun semuanya telah berubah. 

Kelak suatu hari aku akan menyadari bahwa disinilah tempat persinggahan yang penuh goresan sejarah. Menjadi manusia bermanfaat tidak hanya dalam bidang kesehatan. Kota ini menjadi catatan sejarahku. 
-PURWOKERTO-

Coass diakhir pengujung bulan Januari
Continue reading →

Jika Anakmu Seorang Dokter Muda (Coass)

0 comments

Seorang anak yang telah menentukan langkah kakinya sebagai calon tenaga kesehatan mungkin akan sangat jarang bertemu dengan keluarganya. Setiap hari langkah kakinya meniti jalan di lorong-lorong rumah sakit agar bisa menjalankan ilmu yang dipelajari bertahun-tahun bisa dimanfaatkan banyak orang. Tidak seperti orang kuliah maupun kerja kebanyakan orang. Pagi-pagi buta terkadang adzan shubuh belum berkumandang para coass ini menuju ke rumah sakit untuk menjalankan tugasnya. Memeriksa satu demi satu pasien dengan upaya mengetahui kondisi pasien. Salah satu kebiasaan yang sering coass lakukan.

Guru para coass di rumah sakit yang paling utama ada pasien. Karena pasien yang memberikan pengalaman dan kesempatan agar coass bisa menerapkan ilmu yang coass punya. Tak selalu coass mendapatkan senyuman manis dari pasien namun coass tetap menjalankan tugasnya. Ya tak berharap lebih yang coass harapkan, karena dari diri pasien coass menjadi lebih tahu. Inilah pesan guru kami untuk selalu menghargai dan menghormati pasien. Terkadang juga coass ditolak periksa oleh pasien karena kurangnya pengalaman. Inilah coass karena ingin belajar walaupun terkadang banyak orang berpikir coass menjadikan pasien sebagai bahan percobaan.

Kerja coass tidak seperti pegawai Rumah sakit lainnya yang bisa pulang disaat jam kerja selesai. Coass masih memiliki jam jaga hingga esok hari. Coass pun setelah jaga semalaman untuk mengetahui kondisi pasien yang sewaktu-waktu perlu penanganan keesokan harinya coass tetap masuk pagi untuk menjalankan tugas seperti bisa. Satu setengah hari menjalani rutinitas di Rumah sakit yang terus berjalan. Terkadang bisa seminggu para coass tidak pulang untuk tetap di Rumah sakit memantau pasien-pasien yang memerlukan pengawasan 24 jam. Jam tidur coass terbatas dan tetap harus belajar dari textbook sebagai sumber belajar. 

Sering orangtua menanyakan kapan bisa pulang ke rumah. Coass menjalani massa studinya berbeda dengan masa perkuliahan S1. Coass dibagi-bagi kelompok kecil yang tersebar dalam beberapa bagian. Jadwal yang tersusun begitu padat antar bagian saling menyambung waktunya. Buat jadwal liburan tak menentu keberadaannya. Ketika S1 ada liburan semester bisa mencapai liburan 1 bulan lebih lamanya, namun bagi coass tidak berlaku. Coass hanya mendapatkan jatah liburan yang sudah diatur jadwal dengan waktu yang tidak begitu panjang. Pulang adalah suatu hal yang luar biasa bagi coass untuk bisa bertemu keluarga di kampung halaman. Inilah alasan coass jarang pulang ke rumah. Bukan tidak peduli kepada orang tua ataupun keluarga, karena coass harus membagikan waktunya untuk kesehatan orang lain yang belum tentu coass mengenalnya. Terkadang tidak pulang saat hari raya besar dan tetap mengabdikan diri untuk pelayanan kesehatan.

Bagi lulusan S1 yang telah mendapatkan gelar sudah bisa melamarkan dirinya untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Tentu berbeda bagi coass. Setelah mendapatkan gelar sarjana, coass harus tetap menjalankan studinya untuk bisa meraih gelar dokter. Untuk menempuh studi coass bisa mencapai 1,5 ataupun 2 tahun. 

Untuk Bapak dan Ibu, Coass tidak bisa ditempuh dengan waktu yang singkat dan perjuangan coass mengorbankan waktu bersama kalian. Bukan kami tak mencintaimu tapi coass sudah berjanji mengabdikan diri untuk pelayanan kesehatan. Coass sering memperhatikan kesehatan orang lain tapi lupa untuk kesehatan dirinya sendiri. Doakan coass yang tidak selalu bisa berkumpul bersama kalian agar para coass tetap bisa membakhtikan diri. Rindu para coass pasti ingin berjumpa dengan kalian. 

Kami tahu harapan Bapak dan Ibu kami agar kami menjadi dewasa dan bangga dengan impian dan harapan Bapak dan Ibu. Hanya Doa yang kami dari Rantauan untuk orangtua kami tercinta. 

*Purwokerto 26 Januari 2014
Continue reading →