Saturday, May 25, 2013

Kalau Bukan Kita Siapa Lagi (?)

0 comments
Saya terlahir sebagai anak pertama dan hanya mempunyai seorang adik perempuan. Kita pun sekarang sudah berada di tempat yang berbeda karena saya berada ditempat rantauan sedang mencari ilmu untuk mengejar cita-cita menjadi seorang pengabdi bangsa. Baru terasa kesepian ketika adik perempuan ku ini lagi tidak bersama. Biasanya saya dan adik jika sedang dalam satu rumah pasti saja kondisi yang tidak akur, dari hal yang kecil saja hingga dari berebutan benda apapun itu. Terkadang juga sering menemani adik belajar untuk membantunya. 

Baru terasa sepinya ketika sudah masuk perkuliahan. Dikosan hanya bisa merasakan rindu bermain hingga bertengkarnya dengan si adik. Ya namun harus menjalani saja hidup ini tanpanya karena kita berdua sudah sama-sama dewasa. Pernah waktu masih awal kuliah dari (semester 1) ada beberapa kakak kelas yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada saya baik itu ilmu perkuliahan hingga sampai organisasi. Mereka berpikiran bahwa kalau bukan kakak kelas yang membantu belajar siapa lagi yang mau mengajarinya. Perkuliahan itu beda dengan SMA, yang guru-guru kita masih memiliki waktu lebih banyak untuk bisa mengajarkan kepada muridnya diluar jam sekolah. 

Cerminan kakak-kakak yang dulu pernah mengajari saya menjadi motivasi bagiku untuk bisa seperti mereka.  Mereka dengan tulus dan ikhlas mengajarkan kepada adik-adiknya bahkan tidak hanya sebagai guru tapi juga sebagai kakak yang mau berbagi tentang apapun itu. Bisa kau bertukar pemikiran tentang politik, agama bahkan hingga masalah masa depan. Jauh dari orangtua mereka lah yang menjadi tempat untuk berbagi. Mereka selalu memberikan motivasi kepada saya untuk bisa meraih mimpi. Pernah saya terjatuh karena belum terbiasa dengan perkuliahan di kedokteran, namun mereka tetap memberikan semangat bahwa menjadi dokter itu tidak mudah tapi kamu pasti bisa. Doa-doa meraka selalu terhanturkan buat menjaga semangat itu. 

Satu harapan saya bisa melanjutkan perjuangan mereka, karena tanpa mereka mungkin saya tidak bisa seperti ini. Ini baru terasa kita memasuki dunia coass. Disini kita dituntut untuk belajar sendiri dan konsulen pun jarang memberikan materi di kelas lagi. Ini langsung aplikatif ilmu yang kita miliki untuk diterapkan kepada pasien. Mau benar atau salah tetapi kita harus melakukan. Tapi disinilah kakak kelas saya yang banyak memberikan pembelajaran kepada saya bagaimana cara melakukan dengan benar. Salah pernah itu hal yang wajar katanya, namun kau harus tetap mencoba. Ya sekarang sudah memiliki banyak adik-adik kelas yang harus saya dampingi sampai mereka bisa mengejar mimpinya. Kalau dari kita siapa lagi yang mau melakukannya. Smoga ini menjadi budaya yang baik untuk terus menyalurkan ilmu kepada adik-adiknya. Tidak ada lagi kata senior dan junior tapi kita adalah teman sejawat yang kelak akan berjuang bersama demi kemajuan bangsa ini. Aamiin...

#salamkoasbedah

Leave a Reply