Monday, January 2, 2012

Ingin Membeli Waktu

0 comments
"Waktu bagaikan pedang dan tidak bisa berputar kembali," Sebuah pepatah.

Suatu hari ada seorang dokter bernama dr. Cahya, beliau merupakan dokter yang begitu terkenal dan banyak memiliki pasien dengan jam terbang yang begitu tinggi. Hampir setiap hari dia bekerja siang dan malam, bahkan hanya pulang ke rumah hanya untuk beristirahat dan pagi-pagi buta berangkat untuk bekerja.

dr. Cahya mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Asa yang berumur 7 tahun. Mereka tinggal bersama dengan istrinya di daerah kota besar yang begitu padat akan aktivitas kerjanya. Asa jarang sekali bisa berjumpa dengan ayahnya, karena waktu yang begitu padat untuk bekerja.

Suatu ketika dr. Cahya pulang ke rumah dan melihat anak semata wayangnya sedang menunggunya di ruang tamu. dr. Cahya menyapa anaknya, "Kamu belum tidur asa? Sudah malam begini."

"Aku sedang menunggu ayah pulang," jawab Asa.

"Ini sudah malam Asa saatnya tidur," balas dr. Asa.

"Ayah, boleh aku bertanya ke ayah?"

"Iya, apa yang mau Asa tanyakan," Sambil tersenyum.

"Ayah bekerja berapa lama?"

"Hmmm.... Dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Menurutmu berapa lama?" tanya sanga ayah.

Sambil menghitung di selembar kertas, "Berarti ayah bekerja selama 14 jam. Gaji ayah berapa?"

"Ayah digaji Rp. 700.000,00 perhari," sapa ayahnya.

"Kalau begitu ayah digaji perjam Rp. 50.000?" tanya Asa.

"Iya benar, sekarang sudah malam segera tidur," perintah ayahnya.

"Ayah beloh aku meminjam uang ke ayah Rp. 3.000,00?" tanya Asa sambil mengenggam uang di tangannya.

Dokter Cahya sedikit kesal, "Cepat masuk ke kamar dan tidur Asa!"

Akhirnya Asa memasuki kamarnya dan tampak sedih di tempat tidurnya sambil memegang uang. Dokter Cahya merasa telah berbuat kasar dan segera untuk menghampiri Asa. Dokter Cahya meminta maaf, "Asa anakku sayang, maafkan ayah?"

Sambil terbata-bata Asa menyampaikan keinginannya, "Ayah aku meminjam uang ke Ayah supaya aku mempunyai uang Rp. 25.000,00. Ini aku mempunyai uang Rp. 23.000,00 dari hasil tabunganku."

Dokter Cahya merasa heran, "Untuk apa Asa meminjam uang? Asa tidak perlu pinjam uang ke Ayah, ini ayah berikan kepada Asa."

"Aku ingin membeli waktu ayah setengah jam untuk bermain ular tangga bersamaku. Karena aku kangen bersama ayah." Sambil menyerahkan uangnya ke Dokter Cahya.

Dokter Cahya merasa sedih dengan kondisi yang sedang dirasakan sekarang dan sambil memeluk Asa dengan erat, "Asa maafkan ayah jika ayah sekarang jarang bersamamu."


Inilah sebuah kisah tentang seorang anak yang rindu akan bersama ayahnya. Ini menjadi pelajaran berarti buat kita semua. Kita sebagai mahasiswa rantauan yang jauh dari orang tua dan keluarga harus mampu memberikan sebagian waktu kita untuk keluarga. Tidaklah bisa harta yang kita memiliki untuk menggantikan itu semua. Karena sebagai sosok generasi bangsa, ridho Allah SWT merupakan ridho dari orang tua. Sayangilah selagi meraka ada dan berbaktilah sampai akhir hayat.


Salam Mahasiswa Rantauan dari Tanah Banten... :)
Berkuliah di Universitas Jenderal Soedirman, Jawa Tengah


Leave a Reply