Monday, June 4, 2012

Persiapan Menanggapi Bencana

0 comments
Gambar 1. Perlengkapan dokter IGD.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Dari ujung Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri 2/3 ialah lautan. Letak geografis Indonesia yang terletak di beberapa lempeng menjadikan Indonesia rawan akan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Bencana yang terjadi tidak hanya terdiri dari bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami dll tapi juga terdapat bencana yang disebabkan oleh karena ulah manusia itu sendiri seperti kebakaran hutan, perperangan antar suku, banjir dll. Lalu ada juga bencana yang disebabkan oleh teknologi salah satunya yang sering terjadi pada transportasi di Indonesia.

Hari ini mahasiswa tingkat 3 FK Unsoed melakukan simulasi bencana yang dilaksanakan pada Blok ECCE 2. Simulasi yang diadakan berupa bencana dari tanah longsor dan kebakaran. Satu angkatan dibagi menjadi 4 kelompok besar dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan peran yang akan dimainkan. Ada yang berperan sebagai korban bencana, tim evakuasi, dokter rumah sakit lapangan, dokter rumah sakit IGD dan seorang koordinator lapangan.

Gambar 2. Para pemeran korban.

Gambar3. Pemeran tim evakuasi.


Gambar 4. Pemeran dokter RSL dan RS IGD.

Setiap peran mempunyai fungsi masing-masing sehingga saling menunjang satu sama yang lain. Para korban memiliki berbagai macam situasi trauma yang terjadi mulai dari cidera yang berat hingga sampai terjadinya depresi. Untuk dapat membantu memilah pasien maka dibutuhkan yang namanya triase. Triase ini memberikan masing-masing korban sesuai dengan warna masing-masing. Triase memilik 4 warna yaitu hitam (mati), merah (gawatdarurat yang mengacam kematian), kuning (bisa gawat tidak darurat atau tidak gawat tapi darurat), dan hijau (luka-luka ringan dan tidak terluka). Dengan triase membantu menentukan prioritas pasien yang akan mendapatkan tindakan terlebih dahulu. Traise dilakukan oleh tim evakuasi saat terjun ke lapangan.

Tim evakuasi setelah melakukan triase selanjutnya membawa korban ke zona aman untuk mendapatkan tindakan pertolongan pertama. Korban yang diprioritaskan adalah korban yang mendapat triase berwarna merah. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadi perdarahan yang lebih lanjut dan penanganan dasar buat patah tulang. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, semua korban dibawa ke rumah sakit lapangan yang nantikan akan mendapatkan pertolongan untuk fungsi tanda vital. Ketika tanda vital sudah stabil, korban siap dievakuasi ke rumah sakit untuk dimasukan ke IGD.

Di IGD ini peran saya sebagai dokter IGD. Saya sebagai koordinator yang memimpin para tenang medis yang ada di IGD untuk melakukan tindakan terhadap korban bencana yang datang. Saya mengkomdokan dan membagikan tanggungjawab kepada setiap dokter dengan adanya korban yang sudah memasuki IGD. Kondisi IGD begitu ramai dengan adanya kejadian bencana, semua tenaga medis sibuk dengan masing-masing tugasnya. Mulai dari melakukan evaluasi ulang korban, melakukan tindakan medis sesuai penyakit yang diderita hingga merujuknya ke spesialis untuk melakukan penanganan lebih lanjut.

Disini banyak sekali belajar tentang penanganan yang membutuhkan tindakan cepat karena menyangkut nyawa. Menjadi dokter IGD tidak semudah apa yang saya bayangkan sebelumnya. Mereka melakukan tindakan tanpa harus membeda-bedakan pasien, karena mereka membutuhkan yang namanya pertolongan agar tetap untuk bertahan hidup. Hal ini juga tidak terlepas dari kehendak-Nya yang selalu mendampingi kesembuhan pasien. Bermain dengan yang nama "Nyawa" menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi seorang dokter IGD.

Gambar 5. Kelompok simulasi bencana.

Leave a Reply