Monday, October 3, 2011

Janji Untuk Negeri Ku

0 comments
Hari ini kakak-kakak kelas saya yang berjumlah 32 orang telah disumpah janjinya menjadi seorang dokter. Dengan membawa sanak keluarga terutama orang tua untuk menyaksinya acara sakral terbentuknya dokter-dokter baru. Acara yang begitu formal dan megah membuat hati ini menjadi merinding, terbayangkan jika posisi saya seperti mereka akan sangat bangga dan berdebar-debar dengan semangatnya. Ini bukan Sumpah Dokter yang pertama di kampus ku, ini merupakan periode yang ke XV.

Perjalanan yang begitu panjang untuk bisa seperti itu, harus melewati 3 tahun masa perkuliahan dan 2 tahun profesi. Saya yang sekarang hanya duduk di semester 5 sudah sangat bergemetar ketika menyaksikan acara itu walaupun tidak tahu secara jelas jalan acara sumpah dokter.

Untuk bisa disumpah harus mengikuti ujian UKDI terlebih dahulu dan akan mengikuti masa internship selama satu tahun. Ingin rasanya merasakan sumpah dokter yang nantinya siap untuk terjun ke masyarakat dan bisa membanggakan orang tua bahwa anaknya telah berhasil. Namun itu semua belum saatnya karena perjalanan masih begitu panjang dan belum banyak bekal yang dipersiapkan.

Teringat kembali bayangan ketika ospek jurusang mengundang dr. Yeni sebagai pengisi materi dokter cinta tanah air. Dokter Yeni ini merupakan salah satu lulusan dari FK Unsoed yang mendapatkan PTT di Pulau Kalimantan yang termasuk daerah pedalaman. Beliau berada disana sudah cukup panjang dan sudah merasakan hidup dengan kondisi apa adanya. Listrik yang masih keterbatasan, transportasi sulit dijangkau bahkan jauh dari hiruk pikuk ramainya kota. Namun beliau tidak mengeluh dengan kondisinya sekarang, malahan beliau begitu bersyukur banyak sekali hikmah yang didapatkan beliau.

Selain sebagai dokter, dr. Yeni bekerja sebagai guru fisika disalah satu sekolah. Kenapa beliau bisa menjadi seorang guru? ini yang menjadi pertanyaan saya waktu itu.

Beliau menjelaskan bahwa masih banyak sekali tenaga kerja yang dibutuhkan di daerah pedalaman, tidak hanya seornag dokter tapi juga sepertu guru bahkan teknisi lainnya. Beliau mengatakan ketika mengajar bahwa kemauan untuk belajar begitu tinggi disana oleh para siswanya dan ada yang tercita-cita menjadi dokter. Bahkan tidak kalah cerdas dengan teman-teman yang belajar di kota, mereka hanya kurang sarana dan prasarana saja. Andai saudara-saudaraku yang di daerah pedalaman semuanya bisa mewujudkan cita-citanya.

Mendengar cerita dari dr. Yeni membuat semangat ku membara untuk bisa mengabdikan diri ini untuk bangsa walaupun berada di daerah pedalaman dan perbatasan. Ini semua juga didukung oleh visi dan misi kampus ku untuk mencetak dokter-dokter desa dan marginal. Semoga semua yang dididik oleh kampus ku bisa memahami hal itu sehingga bukan orientasi pertama menjadi seorang dokter itu adalah uang dan jabatan.

"Pengabdian itu tulus dari hati bukan dari seberapa besar kita memperoleh material"....

Leave a Reply